Indonesia – Sudah lebih dari 7 bulan Israel melakukan penyerangan terhadap wilayah Gaza, Palestina. Konflik pun telah meluas ke beberapa wilayah Timur Tengah, di mana Israel juga melakukan penyerangan terhadap Lebanon dan Iran.
Terbaru, tentara Israel dilaporkan tetap membombardir wilayah Rafah, Gaza Selatan pada Kamis (9/5/2024). Bombardir itu sekaligus bentuk pengabaian Israel atas peringatan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden soal tidak akan mendukung Israel dalam hal memberikan senjata ofensif.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan, perundingan tidak langsung berakhir di Kairo. Sehingga, Israel tetap melanjutkan operasinya di Rafah dan bagian lain dari Jalur Gaza seperti yang telah direncanakan.
Mengutip laman Reuters, Israel telah menyampaikan kepada para mediator atas keberatannya mengenai proposal Hamas untuk kesepakatan pembebasan sandera.
“Jika perlu, kami akan bertempur dengan kuku-kuku kami,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video, dikutip dari Reuters, Jumat (10/5/2024).
Nampaknya, Israel masih cukup kuat dari segi militer. Pengawasan publik atas bantuan militer ke Israel meningkat setelah perang di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan di tengah kekhawatiran atas meningkatnya jumlah korban warga sipil.
Sejumlah negara telah memberi Israel persenjataan dan peralatan militer senilai ratusan juta dolar sejak Oktober 2023, meskipun rincian transfernya masih dirahasiakan. Amerika Serikat (AS) dan Jerman merupakan pemasok sebagian besar senjata impor Israel dan mengatakan transfer tersebut penting untuk mendukung keamanan Israel.
Bulan April lalu, Mahkamah Internasional mulai mendengarkan gugatan hukum atas ekspor senjata Jerman ke Israel, sementara Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang beranggotakan 47 orang mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang menyerukan diakhirinya “penjualan, transfer dan pengalihan senjata, amunisi dan peralatan militer lainnya” ke Israel.
Berikut 5 negara pemasok senjata militer terbesar ke Israel:
1. Amerika Serikat
AS adalah pemasok terbesar, menyediakan sekitar 68% senjata Israel yang bersumber dari luar negeri.
2. Jerman
Kemudian, Jerman, yang menyediakan sekitar 30% dan merupakan pemasok yang serius.
3. Inggris
Dibandingkan dengan AS, Inggris merupakan pemasok senjata yang jauh lebih kecil, meskipun nilai total ekspornya ke Israel tidak jelas. Pada tahun 2022, pemerintah memberikan izin ekspor senjata senilai £42 juta, tetapi pemerintah juga mengeluarkan 10 izin “terbuka” dengan nilai tidak terbatas, dan tidak mempublikasikan nilai ekspor sebenarnya.
Di Inggris, lebih dari 600 pengacara, akademisi, dan pensiunan hakim telah menulis bahwa pasokan yang terus-menerus membuat negara tersebut melanggar hukum internasional. Namun David Cameron, Menteri Luar Negeri, pernah mengatakan bahwa Inggris tidak akan menghentikan ekspor senjata ke Israel.
4. Italia
5. Australia
Namun, Penny Wong, Menteri Luar Negeri Australia, mengatakan negaranya belum memasok senjata sejak awal konflik Gaza.
Mengapa pasokan senjata AS menjadi titik fokus internasional?
Besarnya bantuan militer Amerika kepada Israel jauh melebihi kontribusi negara-negara lain. AS memberikan sekitar US$3,8 miliar setiap tahunnya dalam bentuk bantuan militer kepada Israel, jumlah yang tetap stabil selama dekade terakhir, berbeda dengan bantuan yang diberikan kepada sekutu lainnya yang semakin meningkat dan semakin berkurang.
Namun, angka tersebut saja tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan kompleksitas atau keintiman dari hubungan tersebut. Israel telah menjadi penerima terbesar bantuan keuangan AS kepada negara asing sejak perang dunia kedua, dan pada tahun 2023 menerima jumlah kumulatif sebesar US$158 miliar, dalam harga yang disesuaikan dengan inflasi saat ini.
Pada tahun 2016, kedua negara menandatangani Nota Kesepahaman 10 tahun yang ketiga mengenai bantuan militer, dimana mewajibkan AS untuk memberikan bantuan sebesar US$38 miliar hingga tahun 2028, yang terdiri dari US$33 miliar dalam bentuk hibah pendanaan militer asing, ditambah US$5 miliar untuk pertahanan rudal.
Setelah serangan Hamas pada bulan Oktober lalu, Senat AS pada bulan Februari mengesahkan rancangan undang-undang yang akan menyediakan US$14,1 miliar dalam belanja tambahan terkait Israel. Paket tersebut yang belum disetujui Dewan Perwakilan Rakyat mencakup pendanaan sebesar US$4 miliar untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome dan David’s Sling, US$1,2 miliar pendanaan Pentagon untuk sistem pertahanan berbasis laser Iron Beam, US$3,5 miliar pendanaan militer asing, dan US$801,4 juta untuk pengadaan amunisi.
Sebagian besar bantuan militer AS ke Israel termasuk dalam program Pembiayaan Militer Asing, yang digunakan Israel untuk membeli barang dan jasa militer AS.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, AS menjadi pemasok terbesar militer Israel, menyumbang 69% dari total impor senjata antara tahun 2019 dan 2023.
LINK TERKAIT :