BERITA TERBARU HARI INI – Hore, Kunjungan Malam ke Observatorium Bosscha Kembali Dibuka untuk Umum Usai Vakum 4 Tahun. Bosan dengan kunjungan ke situ-situ saja? Bagaimana bila memasukkan Observatorium Bosscha sebagai destinasi wisata edukasi bersama keluarga?
Observatorium yang merayakan hari ulang tahun seabad pada Januari 2023 lalu itu kembali membuka jadwal kunjungan malam setelah empat tahun vakum akibat pandemi Covid-19. Melansir Antara, Minggu (23/6/2024), peneliti Observatorium Bosscha ITB Yatny Yulianti menjelaskan kunjungan malam itu berlangsung pada tanggal-tanggal tertentu sepanjang Juni–Agustus 2024.
“Kami ingin memperkenalkan tentang bagaimana cara astronomi bekerja di sebuah observatorium dengan memberikan pengalaman tentang pengamatan langit malam dan juga mengenal Observatorium Bosscha,” kata Yatny.
Dalam program kunjungan malam itu, sambung Yatny, pengunjung akan diajak mengamati objek langit menggunakan teleskop yang dipandu staf astronom dari observatorium. Astronom juga akan menjelaskan seputar benda langit dan fenomena astronomi lainnya.
“Jadi, memang target utamanya adalah memberikan pengalaman yang dirasakan oleh pengunjung tentang bagaimana mengamati langit malam menggunakan teleskop yang ada di Observatorium Bosscha,” imbuhnya.
Ia menyampaikan kuota pengunjung pada malam hari dibatasi hingga 100 orang untuk sekali kunjungan. Harga tiket masuknya dibanderol Rp50 ribu per orang.
Yatny menyambut baik antusiasme masyarakat yang memburu tiket kunjungan malam ke Observatorium Bosscha. Ia menyebut tiket kunjungan malan untuk bulan ini bahkan habis terjual hanya dalam waktu sekitar semenit saja.
“Kami senang sekali animo masyarakat masih tinggi untuk datang ke Observatorium Bosscha, tapi tentu saja untuk memberikan pengalaman yang berkesan dengan kualitas program yang baik itu membutuhkan lebih banyak lagi sumber daya manusia,” katanya.
Tanggal Kunjungan Malam ke Bosscha
“Untuk bulan Juni kami buka pada tanggal 14 dan 21, untuk Juli di tanggal 11, 12, 18, dan 19. Sedangkan untuk bulan selanjutnya pada tanggal 8, 9, 15 dan 16,” kata Yatny.
Tanggal-tanggal itu ditetapkan dengan mempertimbangkan kemungkinan hari cerah. Hal itu dimaksudkan untuk memaksimalkan peluang keberhasilan pengamatan karena sudah memasuki musim kemarau. Bagi masyarakat yang tertarik untuk mengamati keindahan langit malam dari kawasan observatorium, dapat mendaftar dengan mengunjungi website bosscha.itb.ac.id.
Selain kunjungan malam hari, pengunjung juga bisa mengunjungi observatorium yang ada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada siang hari melalui program kunjungan siang berpemandu. Melalui program ini, masyarakat dapat menjelajahi pekarangan dan gedung di Observatorium Bosscha untuk menemukan kekayaan sejarah observatorium sebagai tempat penting pusat kegiatan ilmiah astronomi modern di Indonesia.
Program itu kembali rutin digelar mulai Juni 2023 setelah ditutup untuk umum karena situasi pandemi. Program itu hanya tersedia setiap Sabtu yang terbagi menjadi dua sesi, yakni 08.30 – 10.00 WIB dan 10.30 – 12.00 WIB.
Termasuk Kawasan Cagar Budaya
Mengutip unggahan di akun Instagram resmi Observatorium Bosscha pada 7 Oktober 2021, observatorium tersebut merupakan salah satu Kawasan Cagar Budaya Nasional. Hal ini pertama kali ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor KM 51/OT.007/MKP/2004/ tentang penetapan Observatorium Bosscha sebagai Bangunan Cagar Budaya.
Observatorium Bosscha sebagai tempat pendidikan tinggi dan penelitian astronomi memiliki sejarah yang sangat panjang, dengan kontribusi yang berkesinambungan pada perkembangan dunia astronomi internasional. Selain itu, peran dalam pencerdasan bangsa melalui program layanan masyarakat menjadikan Observatorium Bosscha juga memiliki nilai sosial yang besar.
Menurut Yatny Yulianty, peneliti di Observatorium Bosscha, ditetapkannya Observatorium Bosscha sebagai Cagar Budaya tidak hanya merupakan bentuk pengakuan terhadap pentingnya keberadaan fisik Observatorium Bosscha, namun juga fungsi observatorium ini bagi kemajuan ilmu pengetahuan yang patut untuk terus dijaga dan didukung. “Juga memberikan keleluasaan kepada Observatorium Bosscha untuk bergerak mengemban visi dan misinya,” sambungnya.
Namun, status itu disertai dengan konsekuensi tugas untuk melestarikannya. Selain menjaga kondisi fisik bangunan dan instrumen ilmiahnya, tak kalah penting adalah menjaga kondisi lingkungan sekitarnya. Pasalnya, fungsi tempat itu kian terancam oleh polusi cahaya, limbah, dan pencemaran air.
Pernah Jadi yang Tercanggih pada Zamannya
Mengutip kanal Regional Liputan6.com, sejarah panjang Observatorium Bosscha dimulai pada 1920 dengan pembentukan Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV). Organisasi itu diprakarsai dan dipimpin oleh K A R Bosscha untuk menghimpun sumber daya, pemikiran, dan persiapan untuk mendirikan fasilitas pengamatan astronomi.
Pada 1 Januari 1923, Observatorium Bosscha diresmikan dan menjadi perintis astronomi modern di Asia Tenggara dengan mengambil astrofisika bintang sebagai topik riset utama, dengan dorongan terobosan sains fisika dunia pada awal abad ke-20. Teleskop refraktor ganda Zeiss dihadiahkan oleh K.A.R. Bosscha kepada Observatorium Bosscha pada 1928, yang menjadikan observatorium ini terbesar ketiga dan termodern di bumi bagian Selatan pada era itu.
Saat ini sebagai bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Observatorium Bosscha menjalankan amanah Tridharma Perguruan Tinggi dengan lingkup pekerjaan penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Penelitian mencakup di antaranya pengamatan bulan, matahari, tata surya, bintang, dan galaksi Bima Sakti.
Aspek pendidikan, Bosscha mendukung program S1, S2, dan S3 program studi astronomi serta memfasilitasi penelitian tugas akhir, tesis, dan lain – lain untuk mahasiswa ITB dan luar ITB.