BERITA TERBARU HARI INI – Alasan Pemerintah Tak Izinkan Aplikasi E-Commerce Temu Masuk Indonesia. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) mengungkapkan bahwa platform e-commerce asal China, Temu telah mencoba memasuki Indonesia hingga tiga kali.
Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari mengatakan, aplikasi Temu melakukan pendaftaraan merek dagang ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Namun pendaftaran Temu mengalami kendala lantaran sudah ada usaha yang menggunakan nama tersebut.
Ia selanjutnya menyebut, platform e-commerce itu terus melakukan banding ke Kemenkumham.
“(Temu mendaftar) ke Kemenkumham untuk hak mereknya pada September, Oktober 2022. Jadi sejak 7 September, telah tiga kali ya berupaya mendaftarkan merek. Tapi memang kebetulan di Indonesia sudah ada yang punya,” beber Fiki.
Berpotensi Lemahkan UMKM
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan bahwa ia menilai kehadiran aplikasi tersebut berisiko melemahkan UMKM.
Pasalnya, dalam platform itu, barang langsung didatangkan dari pabrik tanpa adanya seller, reseller, dropshipper, dan afiliator.
“Jadi tidak ada komisi berjenjang seperti yang e-commerce lainnya. Belum lagi dengan subsidi yang diberikan oleh platform ini,” jelas Wientor.
“Jadi kalau mereka kemudian memberikan diskon 90 persen, itu yang dilakukan hampir di setiap negara,” sebutnya.
Aplikasi ‘Temu’ Rilis di Thailand
Aplikasi asal China, Temu saat ini jadi sorotan publik terutama di beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Melansir dari The Lowdown Momentum Asia, aplikasi tersebut telah meluncur di Thailand setelah sebelumnya rilis di Malaysia dan Filipina.
Seperti peluncuran pasar sebelumnya situs Temu Thailand menawarkan diskon pembukaan besar-besaran hingga 90%. Meskipun aplikasi ini telah resmi rilis pengecer online di Thailand menilai kehadirannya sebagai ancaman dan mengganggu.
Berdasarkan pemberitaan dari Bangkok Post kehadiran aplikasi Temu dikhawatirkan mengganggu pengecer online Thailand. Pasalnya, banyaknya produk murah Tiongkok ke Thailand diperkirakan akan semakin besar menyusul masuknya Temu.
Advertisement Awet Muda 15 Tahun jika Oleskan Ini sebelum Tidur dalam SemingguLihat Kehadiran Temu juga diperkirakan akan memicu perang harga di pasar e-commerce lokal dan berdampak pada Lazada, Shopee, dan TikTok. Kemudian muncul kekhawatiran atas potensi penutupan lebih banyak pabrik lokal.
Selain menjadi kekhawatiran di antara pedagang di Thailand, belakangan ini di Indonesia aplikasi tersebut juga menjadi sorotan. Kementerian Koperasi dan UKM juga sempat menyampaikan keresahan terkait kehadiran aplikasi tersebut.
Pihaknya berharap Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan pemangku kebijakan terkait bersinergi untuk mencegah lokapasar atau aplikasi Temu dari China masuk ke Indonesia.
Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM Fiki Satari menyatakan langkah tersebut perlu dilakukan untuk melindungi para pelaku usaha khususnya UMKM di dalam negeri.
“Ada satu platform MtoC (manufacture to customer) 80 ribu pabrik akan masuk (dalam platform ini). Di Amerika, Temu ini mengalahkan Amazon. Harusnya ini dilarang karena saat ini pukulan bagi UMKM itu sudah semakin habis-habisan,” ucapnya mengutip dari Antaranews.
Apa Itu Aplikasi Temu?
Melansir dari situs resminya, Temu merupakan aplikasi yang didukung dari perusahaan asal China, PDD Holdings. Aplikasi ini mempunyai kantor pusat yang berlokasi di Boston, Amerika Serikat (AS).
Temu adalah aplikasi e-commerce yang sama seperti platform lainnya yang memungkinkan pelanggan untuk mencari dan membeli produk dari berbagai kategori, mulai dari elektronik, pakaian, peralatan rumah tangga, hingga aksesori.
Namun yang membedakannya, aplikasi ini terhubung langsung pada 80 pabrik di China dan pertama kali diluncurkan pada tahun 2022. Aplikasinya juga dengan cepat berhasil menjadi salah satu aplikasi belanja paling populer di Amerika Serikat.
Menurut berbagai ulasan positif aplikasi tersebut dinilai memiliki layanan yang mudah digunakan dan ketersediaan berbagai macam produk dengan harga yang kompetitif. Kemudian memberikan opsi pembayaran mudah seperti kartu kredit dan dompet elektronik.
Berdasarkan informasi dari Forbes, model bisnis Temu mengambil keuntungan dari pertemuan antara produsen China yang mengalami kelebihan kapasitas dan konsumen Amerika yang mengalami guncangan harga pasca COVID-19.